Sejarah Eskavasi di Situs Patiayam

Sejarah Penemuan Fosil Tahun 1857

  • Awal Penemuan Fosil 1857

Raden Saleh Sarif Bustaman dan Frans Wilhem Junghuhn, dua orang naturalis yang meneliti kebaradaan fosil di Situs Patiayam. Berawal dari tahun 1857 pada masa kolonial, di Situs Patiayam telah ada penemuan fosil-fosil dan penggalian di kawasan Pegunungan Patiayam yang dilakukan oleh pakar-pakar asing.

Disebutkan bahwa ada seorang intelektual Jawa sekaligus pelukis naturalis terkenal yang bernama Raden Saleh dan seorang naturalis dari Jerman, Frans Wilhelm Junghuhn, yang mengumpulkan fosil-fosil dari Pegunungan Patiayam bersamaan dengan pengumpulan fosil-fosil di lereng Pegunungan Kendeng Jawa Tengah dan Jawa Timur (Leakey & Slikkerveer, 1995).

Masa Hindua Belanda Tahun 1931

  1. Masa Hindia Belanda Tahun 1931

Pada tahun 1931, Jawatan Pertambangan Hindia Belanda (Diens van den Mijbow in Nederlandsch Indie) melakukan penelitian ilmiah di Kawasan Pegunungan Patiayam melibatkan Louis Jean Chretien Van Es (Tenaga Ahli Muda) sebagai peneliti pendamping ekspedisi Prof. Dr. William D. Matthew.

Semua penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan pengumpulan data terkait agrikultur dan eksplorasi mineral namun ternyata menemukan 9 jenis fosil vertebrata, meliputi Stegodon Trigonochepalus, Elephas sp, Rhinnoceros Sondaicus, Bos banteng, Crocodilus sp, Cervus zwaani, Chelonidae, Suidae, dan Hipopotamidae (Widiasuryani, 2018).

Masa Kemerdekaan

  • Tahun 1978

Tahun 1978 mulai dilakukan penelitian lagi oleh Sartono Sastromidjojo dan Yahdi melanjutkan dan melengkapi temuan Van Es, dan berhasil menemukan 17 species vertebrata serta sisa fosil Homo Erectus (manusia purba), berupa sebuah gigi premolar dan fragmen tengkorak (Sartono, 1978).  Hasil penelitian geologis oleh Sartono dan Zaim (1978) menyebutkan bahwa sifat batuan Situs Patiayam tidak berbeda jauh dengan batuan dari Kubah Sangiran (Sangiran Dome). Ditinjau dari temuan fosil fauna vertebratanya juga tidak berbeda jauh antara Situs Patiayam dan Situs Sangiran.

  • Tahun 1981-1983

Dari tahun 1981-1983 Harry Truman Simanjuntak melakukan penelitian arkeologis di sepanjang aliran sungai (Kali Balong dan Kali Ampo), dari hulu hingga hilir (Batas Raya Jalan Pati – Kudus), tidak menemukan sisa-sisa artefak batu tapi hanya menemukan fosil-fosil vertebrata.

  • Tahun 2005

Dari sebuah media cetak di Jawa Tengah diungapkan adanya temuan fosil oleh sejumlah mahasiswa yang melakukan penelitian di Situs Patiayam yang bentuknya seperti gading dan tulang-tulang binatang, dibawa ke Bandung. Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian arkeologi secara intensif di Situs Patiayam, dipimpin oleh Siswanto (Siswanto, 2006). Selain itu, Tim Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta lainnya (Dr. Harry Widianto bersama Drs. Muhammad Hidayat dan Drs. Baskoro Daru Tjahjono) juga melakukan penelitian di Situs Patiayam, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Situs Patiayam dikenal sejak lama sebagai Situs Hominid (manusia purba) di Indonesia (Widiasuryani, 2018).

·         Tahun 2007 – 2009

Tahun 2007 diadakan penelitian dan eskavasi di Situs Patiayam oleh Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin oleh Siswanto, MA, untuk pertama kalinya menemukan jejak-jejak budaya, yaitu perkakas batu (litik) berupa serpih, kapak genggam (hand axe), serut, dan kapak perimbas yang terbuat dari gamping kersikan (Siswanto, 2007). Balai Arkeologi Yogyakarta masih melakukan penelitian untuk memperoleh batas persebaran fosil dan budaya, bertujuan untuk identifikasi fauna yang diperoleh oleh masyarakat dan fosil dari hasil penelitian sebelumnya (Siswanto, 2009).

  • Rumah Fosil Tahun 2005 (Cikal Bakal Museum Patiayam)

Sebelum bangunan Museum Patiayam berdiri seperti sekarang ini fosil-fosil yang ditemukan di Situs Patiayam, dititipkan penyimpanannya di rumah salah satu warga Desa Terban Dusun Kancilan yaitu rumah Alm. Rakijan Mustofa, sebagai bentuk usaha penyelamatan dan pelestarian terhadap fosil tersebut sebagai benda cagar budaya.

Kondisi rumah penduduk tersebut, tentunya jauh dari persyaratan sebagai sebuah museum. Karena itu istilah yang digunakan pada saat itu adalah “Rumah Fosil”, rumah yang difungsikan untuk menampung dan menyimpan temuan fosil saja.

  • Tahun 2010-2013

“Museum” dipindahkan dari “Rumah Fosil” ke lingkungan Balai Desa di Desa Terban, menempati bangunan eks ruang Polindes atau PKD (Pusat Kesehatan Desa) di Desa Terban. Tempat ini menjadi tempat sementara untuk menyimpan fosil-fosil hasil temuan di Situs Patiayam (meneruskan fungsi rumah fosil yang lama), sekaligus sebagai ruang pamer (display) fosil.

Bangunan rumah ini memiliki 2 ruangan yang difungsikan sebagai ruang display dan ruang storage / penyimpanan sekaligus bengkel konservasi. Pengelola “Museum” sementara adalah anggota paguyuban pelestari Situs Patiayam.

  • Pembangunan Museum Patiayam di Desa Terban Tahun 2013

Pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Kudus mendirikan bangunan sederhana di atas tanah sewa, milik pemerintah Desa Terban, yang digunakan untuk gedung Museum. Sejak tahun 2013 ini, fosil-fosil hasil temuan di Situs Patiayam ditampung dan disimpan di Museum Patiayam. Museum Patiayam tempat menampung, menyimpan, dan menyelamatkan temuan fosil yang sudah semakin bertambah banyak. Sejak tahun 2014 bangunan Museum Patiayam direhab dan diperbaiki kembali dengan pengembangan ukuran bangunan 12 X 20 meter, didirikan di atas tanah milik Pemerintah Desa Terban, yang disewa oleh Pemerintah Kabupaten Kudus, dengan luas tanah 7.500 m2.

Sebagai salah satu bentuk penyelamatan Cagar Budaya di Situs Patiayam dan sekaligus sebagai pendukung Museum Patiayam, maka dibangun Gardu Atraksi / Gardu Lindung di lereng sebelah barat Gunung Nangka. Gardu ini sebenarnya berfungsi sebagai bangunan perlindungan temuan fosil yang masih dibiarkan berada di lokasi tempat penemuannya.

Gardu atau bangunan berbentuk kotak ini dibangun untuk melindungi temuan fosil, sehingga sekaligus berfungsi sebagai “Museum Alam” atau “Laboratorium” alami. Nama yang lebih tepat untuk bangunan ini adalah “Gardu Perlindungan Fosil”.

Informasi selengkapnya tentang sejarah dan proses eskavasi di Situs Purbakala Patiayam dapat diakses di link video youtube di atas,,,,

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *